Patah leher bukanlah penyakit sepele. Patah leher berdampak signifikan mengurangi hasil panen hingga 70% bahkan gagal panen.
Penyakit patah leher atau potong leher disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae (P. grisea) yang menyerang dari fase vegetatif hingga generatif. Saat vegetatif gejala pada daun terlihat bintik kecil menyerupai belah ketupat berwarna kuning dan keunguan pada bagian tengah bintik. dari bentuk tersebut, patah leher juga sering disebut penyakit belah ketupat.
Semakin lama bercak menjadi besar, hingga pada saat memasuki fase generatif pangkal malai membusuk dan mudah patah, karena posisi patahan berada pada pangkal malai, maka disebut patah leher.
Kelembaban merupakan salah satu faktor yang menyebabkan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea) mudah berkembang, terutama ketika musim hujan dan jarak tanam terlalu rapat. Jamur berkembang optimum pada suhu 24-28 derajat Celcius.
Pemupukan unsur N (nitrogen) dengan dosis tinggi pada saat musim hujan dapat menyebabkan jaringan daun lemah, sehingga tanaman lebih rentan terserang penyakit.
Fase rentan :
Fase persemaian, stadia vegetatif (blas daun) umur 30-50 hari setelah tanam (hst) dan stadia generatif (blas leher) umur 60-80 hst,
Gejala kerusakan :
Bercak berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing pada kedua ujungnya.
Leher malai yang terinfensi berubah menjadi kehitaman dan patah.
Solusi dari dari patah leher ini adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan pupuk nitrogen sesuai anjuran.2. Kebersihan lahan dari gulma.
3. Menerapkan pola tanam Jajar Legowo.
4. Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb atau difenokonazol pada perlakuan benih, fase bibit, vegetatif dan bunting.Sumber :
- http://benihpertiwi.co.id;
- http://repository.ipb.ac.id;
- http://agro-natural.com
- http://www.tecnicoagricola.es/pyricularia-oryzae-en-arroz
- http://www.informasipertanian.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar